Sudah
menjadi hal yang umum jika suatu daerah memiliki kepercayaan tersendiri, baik
itu yang berasal dari cerita rakyat maupun adopsi dari wilayah lain yang
memiliki kesamaan mengenai hal tersebut. Tak hanya soal budaya dan sosial, kepercayaan
hal mistis juga kerap menjadi berpincangan di suatu wilayah dengan dasar cerita
turun-temurun maupun pengalaman pribadi. Salah satunya adalah Glundhung Plecek
atau Glundhung Pecengis yang dikenal di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah
khususnya Kota Blitar dan Tulungagung.
Glundhung
plecek sendiri digambarkan sebagai makhluk gaib dengan kepala dan tanpa tubuh,
diperaya makhluk ini kerap menemani siapa saja yang sedang sendirian. Konon
makhluk ini akan menghampiri dengan cara menggelinding sehingga disebut
glundhung dalam bahasa jawa, lebih mengerikannya sosok ini akan tersenyum
kepada orang yang melihatnya sehingga kerap disebut pecengis atau tersenyum
dengan menunjukkan gigi. Banyak juga yang mengenal makhluk ini dengan julukan
Ndas Glundhung atau kepala yang menggelinding dalam bahasa Indonesia.
Menurut
cerita, dulu ada seorang nenek tua yang kebetulan akan pulang ke rumahnya pada
malam hari. Dengan mengayu sepedah tuanya, nenek ini melewati jalanan yang
mulai gelap dengan sawah dan parit disekitarnya. Tiba – tiba saja terdengar
suara benda jatuh, hal itu membuat nenek berpikir bahwa ada kelapa yang jatuh.
Benar saja nenek ini mengambil benda tersebut dan memasukkannya kedalam karung
yang kebetulan ia bawa. Sesaat terdengar suara memanggil namanya, dengan
kondisi gelap dan tidak mungkin ada orang disekitar sana nenek ini tetap
melanjutkan kayuhan sepedahnya. Hingga berkali – kali suara itu mulai
mengganggu nenek itu, akhirnya sang nenek memutuskan untuk melihat kondisi
sekitar dan berharap menemukan siapa yang memanggilnya. Setelah beberapa saat
nenek ini menyadari bahwa suara tersebut berasal dari karung yang ia bawa,
tanpa berlama – lama nenek ini membuka karung dan melihat kedalamnya. Nenek
tersebut terkejut, karena yang dibawanya sejak tadi bukanlah kelapa, namun
kepala yang tersenyum kepadanya. Sontak nenek ini pun terjatuh dan pingsan
hingga ditemukan oleh warga sekitar keeseokan harinya.
Cerita
lain mengatakan bahwa dulunya ada seorang pedagang yang hendak pergi ke pasar
pada dini hari. Dengan membawa keranjang yang ia tempatkan dipunggungnya,
pedagan ini berjalan kaki melintasi jalanan yang sepi dan gelap. Pohon kelapa
disekitar jalan menemani pedagang ini menuju pasar. Tak beda jauh dengan cerita
sebelumnya, terdengar suara benda jatuh didekatnya, seketia ia mengambil dan
menaruhnya kedalam keranjang yang ia bawa. Saat dijalan ia mendengar suara
manusa dengan mengatakan “betapa enaknya digendong” namun menggunakan bahasa
jawa. Pedagang ini sontak memeriksa keranjangnya dan ternyata benda yang
dianggap kelapa tadi adalah kepala manusia dengan mata yang melotot dan
berlumuran darah serta senyum yang lebar.
Cerita
ini terus menjadi perbincangan oleh warga sekitar, selain karena banyaknya
cerita tentang makhluk ini beberapa orang mengaku pernah melihatnya. Konon
katanya kepa ini berasal dari korban – korban pada jaman dahulu yang dipenggal
kepalanya dan menhantui hingga saat ini. Namun sosok hantu ini sudah cukup
jarang atau bahkan sudah tidak lagi diceritakan. Mungkin saja hantu ini sudah
tidak lagi menunjukkan eksistensinya, atau memang cerita yang dulu sering
didengar bukanlah berdasarkan kisah nyata dan dibuat – buat.
Jika saja cerita
itu dibuat – buat, bagaimana ada beberapa orang mengatakan atau bercerita
dengan cerita yang sama? Apakah mereka semua memiliki kesepakatan bersama? Atau
hanya kebetulan? Atau kisah ini memang…..
Comments
Post a Comment